Jogja-2014-tShirt

EsMe – Kata titian bisa dibilang sudah jarang dipakai lagi untuk menandai hubungan antara dua Negara, yang satu rumpun, yakni Indonesia dan Malaysia. Di masa Orde Baru, di era tahun 1980-an kata titian itu begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tak lain merujuk pada Titian Muhibah, sebuah acara di TVRI yang menampilkan para penyanyi ternama dari Indonesia dan Malaysia.

Sayangnya acara itu tak ada lagi. Televisi kita sibuk dengan sinetron picisan, reality show, berbagai ajang Idol dan lirik-lirik lagu yang jauh dari elok.

Titian itu kembali muncul, meski bukan dalam skala nasional yang melibatkan kedua Negara dari aspek budaya. Skalanya kecil dibanding Titian Muhibah, tapi tetap dalam koridor budaya, tepatnya sastra, melalui “Titian Sastra” yang diadakan oleh Persatuan Aktivis E-Sastera Malaysia (E-SASTERA) dan akan diiikuti oleh 26 peserta.

Menurut Presiden E-SASTERA, Irwan Abu Bakar, “Titian Sastra” ini bukanlah acara wisata tapi suatu perjalanan sastra untuk bertemu dan berbincang dengan sastrawan di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai salah satu “gudang” penulis di Indonesia.

Sebanyak 14 penulis dan 12 mahasiswa dari fakultas Sastra berbagai perguruan tinggi akan mengikuti program ini. “Kami akan bertemu sastrawan Yogyakarta dan berkunjung ke SMP 4 Sukoharjo untuk berdialog, dan tampil bersama membacakan puisi. Semoga ini jadi pembuka jalan yang baik untuk interaksi antara kedua bangsa melalui sastra,”ujar Irwan Abu Bakar yang juga akan meluncurkan karyanya, “Meja 17″, sebuah novel antiplot.

Dialog dan performance Esastera dengan sastrawan Yogyakarta ini akan berlangsung pada Jumat, 8 Agustus 2014 malam di Resto Tembi, yang sudah dikenal sebagai Rumah Budaya Tembi dan jadi tempat pentas budaya.

Tak hanya itu, “Titian Sastra” ini juga ditandai dengan peluncuran buku, meski sifatnya soft launching karya Nimoiz T.Y, Irwan Abu Bakar dan Fuzi Hadi. Menariknya, buku yang diterbitkan oleh E Sastra Management Enterprise (EsMe) ini merupakan karya para penulis yang aktif menulis di laman e-sastera.com dan esastera2u.com itu khusus diterbitkan untuk konsumsi pembaca di Indonesia.

Karya Irwan Abu Bakar misalnya, berupa novel antiplot berjudul “Meja 17” seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dua buku lainnya,”Republik Korupsi” (antologi puisi Nimoiz T.Y) dan “Aktivis dan Aktivitas E-Sastra Malaysia” (kumpulan artikel Fuzi Hadi) sebagian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, seperti pada pengantar, dan profil penulisnya.

“Titian Sastra” ini diharapkan akan menjadi jembatan bagi para penulis di Indonesia dan Malaysia untuk bertukar pengalaman dan menulis. (gie)

(Dipetik dari portal http://www.eSastraIndo.com)